MAKALAH
EKOLOGI HEWAN
“LALAT SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN
LINGKUNGAN”
![](file:///C:\Users\Dothy\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
OLEH :
NAMA : DONNA
DOROTHY VIVIANA
NIM : 151.125.058
KELAS : VI B
JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGARI (IAIN)
MATARAM
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat
serta salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan alam Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan yang benar.
Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar.
Kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak jauh dari kesalahan serta
kekurangan. Hal itu dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan buku yang kami
baca. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca. Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat kesalahan. Demikian yang dapat kami sampaikan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang budiman.
Mataram,
Juni 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………… i
KATA
PENGANTAR …………………………….……………... ii
DAFTAR ISI ……………………………….…………... iii
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………
A. Latar Belakang …………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………… 1
C. Tujuan …………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………
A.
Struktur tubuh eksternal dan internal
lalat ……………………… 3
B.
Sistem reproduksi lalat …………………………………… 4
C.
Peranan lalat terhadap manusia ………………………………. 6
D.
Metamorfosis lalat ………………………………....… 7
E.
Lalat sebagai bioindikator pencemaran lingkungan ….………. 8
BAB V
PENUTUP ……………………………………………
A. Kesimpulan …………………………………………… 10
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa di antara kita pasti pernah mengalami suatu
masalah berkenaan dengan masuknya serangga, dalam hal ini adalah lalat, dalam
minuman atau makanan kita. Paradigma bahwa lalat adalah serangga kotor,
menjijikkan, hidup dekat dengan sampah, dan mengambil makanan dari
barang-barang yang jauh dari kata higienis, membuat kita merasa jijik dan lebih
baik membuang minuman atau makanan kita yang terkontaminasi lalat tersebut dan
lebih memilih mengambil, membuat, atau memesan minuman ataupun makanan lagi
yang baru.
Namun, benarkah bahwa lalat benar-benar hanya hewan
kotor penyebab penyakit yang sudah selayaknya kita jauhi? Benarkah apa yang ada
dalam tubuh lalat hanya berisi hal-hal yang buruk saja? Kalau memang begitu,
kenapa harus ada lalat? Bukankah kalau lalat memang tak bermanfaat, maka tidak
ada lalat di dunia ini adalah berita baik?
Lantas, kenapa Allah masih menciptakan lalat kalau ia
benar-benar merugikan? Sungguh, tidak mungkin Allah menciptakan sesuatu dengan
sia-sia. Pasti ada hikmah di balik penciptaan lalat. Pasti ada setitik putih
dari senoktah hitam dalam catatan hidup seekor lalat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
struktur tubuh eksternal dan internal lalat?
2. Bagaimana
sistem reproduksi lalat
3. Bagaimana
peranan lalat terhadap manusia?
4. Bagaimana
metamorfosis lalat?
5. Bagaimana
lalat sebagai bioindikator pencemaran lingkungan?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui struktur tubuh eksternl dan internal lalat.
2. Untuk
mengetahui sistem reproduksi lalat.
3. Untuk
mengetahui peranan lalat terhadap manusia.
4. Untuk
mengetahui metamorfosis lalat.
5. Untuk
mengetahui lalat sebagai bioindikator pencemaran lingkungan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Struktur
tubuh eksternal dan Internal lalat
Pada umumnya
lalat merupakan serangga berukuran kecil, sedang sampai berukuran besar,
mempunyai sepasang sayap di bagian depan dan sepasang halter sebagai alat
keseimbangan di bagian belakang,bermata majemuk dan sepasang antena yang
seringkali pendek terdiri atas tiga ruas.
Mata lalat
jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu sama lain sedang yang betina
tampak terpisah oleh suatu celah dan berbentuk lebih besar daripada lalat
jantan. Lalat memiliki siklus metamorfosis yang sempurna dengan masa hidup sekitar
2-3 minggu atau bahkan 3 bulan.
Lalat juga dilengkapi dengan sistem
penglihatan yang sangat canggih, yaitu adanya mata majemuk. Sistem penglihatan
lalat ini terdiri dari ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Bahkan
ada beberapa jenis lalat yang memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat.
Mata lalat dapat mengindera getaran
cahaya 330 kali per detik. Ditinjau dari sisi ini, mata lalat enam kali lebih
peka daripada mata manusia. Pada saat yang sama, mata lalat juga dapat
mengindra frekuensi-frekuensi ultraviolet pada spektrum cahaya yang tidak
terlihat oleh kita. Perangkat ini memudahkan lalat untuk menghindar dari
musuhnya, terutama di lingkungan gelap.
Serangga ini
sangat tertarik pada makanan manusia sehari-hari seperti gula, susu, makanan
olahan, kotoran manusia dan hewan, darah serta bangkai binatang yang berair.
Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah seperti sampah basah, kotoran
binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk secara kumulatif. Lalat
beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumputrumput dan tempat yang
sejuk. [1]
Juga menyukai
tempat yang berdekatan dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung
dari angin dan matahari yang terik. Jumlah lalat akan meningkat jumlahnya pada
temperatur 20º C – 25ºC dan akan berkurang jumlahnya pada temperatur <10ºC
atau >49ºC serta kelembaban yang optimum 90%. Untuk istirahat lalat
memerlukan suhu sekitar 35º- 40ºC, kelembaban 90%. Aktifitas terhenti pada
temperatur < 15ºC.[2]
|
B. Sistem
reproduksi lalat
Alat kelamin lalat perempuan diputar sampai tingkat
tertentu dari posisi yang ditemukan pada serangga lainnya. Dalam beberapa
lalat, ini adalah rotasi sementara selama kawin, tetapi di lain, itu adalah
torsi permanen organ yang terjadi selama tahap kepompong. Torsi ini dapat
menyebabkan anus yang terletak di bawah alat kelamin, atau, dalam kasus 360 °
torsi, pada saluran sperma yang melilit usus, meskipun organ eksternal berada
di posisi yang biasa mereka.
Ketika lalat kawin, jantan awalnya terbang di atas
perempuan, menghadap ke arah yang sama, tapi kemudian berbalik untuk menghadapi
dalam arah yang berlawanan. Hal ini akan memaksa laki-laki untuk berbaring di
punggungnya untuk alat kelaminnya tetap menempel di kelamin lalat betina, atau
torsi dari alat kelamin laki-laki memungkinkan pasangan laki-laki untuk
sementara tetap tegak.
Hal ini menyebabkan lalat memiliki kemampuan
reproduksi lebih dari sebagian besar serangga, dan pada tingkat yang jauh lebih
cepat. Lalat terjadi pada populasi yang besar karena kemampuan mereka untuk
kawin secara efektif dan dalam waktu singkat selama musim kawin.
Betina meletakkan telur-telurnya dekat dengan sumber
makanan (seperti pada buah yang hampir matang), memungkinkan larva mengkonsumsi
makanan sebanyak mungkin dalam waktu singkat sebelum berubah menjadi dewasa.
Telur menetas segera setelah diletakkan, atau lalat yang ovoviviparous, dengan
penetasan larva dalam tubuh induk.
Larva lalat tidak memiliki kaki yang benar. Beberapa
larva Dipteran, seperti spesies Simuliidae, Tabanidae, dan Vermileonidae,
memiliki proleg disesuaikan dengan fungsi seperti berpegangan pada substrat
dalam air yang mengalir, memegang jaringan inang, atau memegang mangsa Secara
kasar.
Ada beberapa perbedaan anatomi antara larva dari
Nematocera dan Brachycera (lihat bagian Klasifikasi, bawah), terutama di
Brachycera, ada demarkasi yang sedikit antara dada dan perut, meskipun
demarkasi mungkin sangat terlihat di Nematocera banyak, seperti nyamuk, di
Brachycera, kepala larva ini tidak jelas dibedakan dari bagian tubuh lainnya,
dan ada sedikit, jika ada, sclerites. Secara informal, seperti Brachyceran
larva disebut belatung, tetapi istilah ini sering digunakan nonteknis dan acuh
tak acuh untuk terbang larva atau larva serangga pada umumnya.
Mata dan antena larva Brachyceran yang berkurang atau
tidak ada, dan perut juga tidak memiliki pelengkap seperti Cerci. Kurangnya
fitur merupakan adaptasi terhadap makanan seperti bangkai, membusuk detritus,
atau host jaringan sekitarnya endoparasit larva Nematoceran umumnya memiliki
mata terlihat dan antena, meskipun biasanya kecil dan fungsi yang terbatas.
Kepompong memiliki berbagai bentuk, dan dalam beberapa
kasus berkembang di dalam kepompong sutra. Setelah muncul dari pupa, lalat
dewasa jarang hidup lebih dari beberapa hari, dan berfungsi terutama untuk
mereproduksi dan untuk membubarkan mencari sumber makanan baru.[3]
C.
Peranan
lalat
Lalat dimata
manusia pada umumnya memiliki reputasi yang menjijikan dan cukup buruk, yang
dimana banyak dikenal sebagai salah satu penyebab gagal panen, biang penyebar
penyakit, diare sampai penyakit tidur. Serangga yang hanya memiliki sepasang
sayap ini memang memiliki sejarah yang cukup panjang dengan manusia. Keunikan Serangga dapat hidup dalam berbagai
jenis kondisi.
Beberapa
peranan lalat :
1. Daur
ulang
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa
keberhasilan dari sebuah ekosistem di dunia ini adalah terdapatnya produser,
konsumen dan pengurai yang seimbang. Buah-buahan yang tidak termakan oleh
konsumen, akan diurai oleh ragi dan beberapa jenis serangga, salah satu nya
adalah lalat buah, family drosophila. Sebagai pengurai, lalat memiliki peranan
yang sangat penting sebagai pengurai kotoran dan bangkai hewan.
Fungsi pengurai serangga disini memang
mungkin tidak sebagai pengurai sejati seperti jamur dan bakteri, tetapi memang
berfungsi sebagai jembatan rantai makanan untuk jamur dan bakteri untuk diurai
lebih lanjut. Aksi dari larva-larva lalat sebagai contohnya adalah membuat
bangkai menjadi sebuah cairan yang nantinya akan diurai kembali oleh
mikroorganisme. Fungsi dari larva lalat sebagai decomposer juga digunakan oleh
pihak kepolisian untuk menganalisa waktu dan lokasi kejadian dari kasus
pembunuhan. Studi ini dikenal sebagai Forensik Entomologi.
2. Lalat sahabat petani
Terlepas dari reputasi buruk lalat,
ternyata Lalat tidak selalu merupakan serangga yang merugikan petani, ada
beberapa lalat yang juga disukain keberadaan nya oleh petani, yang tidak lain
fungsinya sebagai predator, atau pemakan serangga (hama) lain nya atau juga
sebagai pollinator. Jenis lalat ini tentunya disukai oleh petani buah serangga
dari family bombyliidae dan syrphidae, tidak hanya sebagai predator pada fase
larva, tetapi juga berfungsi sebagai polinator pada fase dewasa.
Serangga dari family ini biasa dikenal
sebagai bee fly dan hover fly. Serangga predator seperti dari family asilidae
memiliki proboscis yang pendek dan kuat, dan digunakan sebagai stab dan
menggeluarkan ludah/salive yang mengandung neurotoxic untuk menaklukan
mangsanya dan meng’urai’ mangsanya dengan enzim proteolytic, yang dimana
kemudian si lalat menghisap hasil uraian dari enzim tersebut melalui mulut yang
sudah dimodifikasi, yang biasa disebut proboscis.[4]
D.
Metamorfosis
lalat
Metamorfosis lalat dimulai dari telur hasil fertilisasi. Lalat memiliki
tingkatan jumlah reproduksi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan serangga
lainnya. Selain itu laju produksinya juga lebih dibandingkan jenis serangga
lain. Hal ini disebabkan kemampuan mereka dalam hal kawin sangat efisien juga
efektif terlebih pada musim kawin.
Setelah proses fertilisasi, induk
lalat akan bertelur. Biasanya ia melekatkan telurnya ke dalam sumber makanan
misalnya buah yang hampir busuk. Kemudian perkembangan selanjutnya adalah perubahan
telur menjadi larva.
Metamorfosis lalat yang ditandai
berubahnya telur manjadi larva dibagi ke dalam dua periode yakni periode
embrionik dan periode perkembangan postembrionik. Periode embrionik adalah fase
dimana lalat melakukan fertilisasi dan kemudian menghasikan telur yang kemudian
menetas menjadi larva muda hanya dalam kurun waktu 24 jam saja.
Penetasan larva ini terjadi di dalam
tempat sang induk meletakkan telur. Larva lalat ini kadang disebut juga dengan
belatung. Pada fase ini, larva muda tersebut tak berhenti makan dan
mempersiapkan dirinya masuk ke dalam periode metamorfosis selanjutnya yakni
post embrionik.
![https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVj64XUfiYDzXeDLm9EF6kpapMFY4yyOyM7a3Ssekzo9DwnUB8EwEeXFQ46R74-XCqnnoVlapD47IoesdguUBXhscGYUrq7JDA_8O5eqZIg-tprrOv0lpg1cm-oyEFmH_D3b84zR3Bgsc/s320/Metamorfosis+sempurna+%28holometabola%29+lalat.jpg](file:///C:\Users\Dothy\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image003.jpg)
Apa yang dimaksud dengan post
embriotik adalah periode setelah telur berubah menjadi larva. Larva ini sendiri
dibagi ke dalam tiga bagian yakni larva instar I, larva instar II, dan larva
instar III. Pembagian larva ini didasarkan pada proses pergantian kulit pada
larva yang memang terjadi sebanyak 3 kali dengan kurun waktu 7 sampai 10 hari
per perubahan. Setelah masa instar selesai, metamorfosis lalat akan memasuki
fase pupa atau kepompong dan kemudian selanjutnya menjadi imago atau fase
seksual yang ditandai pada perkembangan pada bagian sayap hingga akhirnya
menjadi lalat dengan tubuh yang sempurna. [5]
E.
Lalat Sebagai Bioindikator Pencemaran Lingkungan
Lalat merupakan salah satu jenis
serangga yang selalu lekat dengan kesan jorok atau kotor. Hal ini mungkin
disebabkan lalat ini suka hinggap di kotoran dan mereka memperoleh makanan
dengan cara memuntahkan air liurnya dan memakannya kembali. Lalat merupakan
sub-ordo dari Diptera. Ia mungkin serupa dengan nyamuk, namun sebenarnya mereka
berbeda.
Lalat sangat
mudah untuk dijadikan sebagai biondikator pencemaran lingkungan. Karena lalat
hidup dan sering dijumpai di tempat yang kotor, banyak sampah dan tempat yang
bau. Selain sebagai biondikator pencemaran lingkungan, lalat juga merupakan
salah satu serangga yang membawa wabah penyakit.
Jadi dapat
dikatakan bahwa jika di suatu tempat atau lingkungan terdapat banyak lalat maka
tempat tersebut merupakan lingkungan yang sudah tercemar karena lalat tidak
suka pada tempat yang bersih dan wangi.
Sama seperti nyamuk, lalat juga
merupakan medium penyebar penyakit yang cukup serius pada manusia. Sebab saat
lalat menghinggapi makanan atau sebuah tempat, maka makanan dan tempat tersebut
akan terkontaminasi dengan kuman sejumlah kurang lebih 125.000. [6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lalat merupakan serangga berukuran kecil, sedang
sampai berukuran besar, mempunyai sepasang sayap di bagian depan dan sepasang
halter sebagai alat keseimbangan di bagian belakang,bermata majemuk dan
sepasang antena yang seringkali pendek terdiri atas tiga ruas. Saluran pencernaan pada serangga dibagi menjadi tiga
bagian utama yaitu : Saluran
pencernaan depan (Stomodeum), Saluran
pencernaan tengah (Mesenteron), Saluran
pencernaan belakang (Proktodeum).
Sistem pernapasan lalat bekerja sangat berbeda dengan sistem pernapasan
kita. Kita menghirup udara ke dalam paru-paru. Di sini, oksigen bercampur
dengan darah dan dibawa ke seluruh tubuh oleh darah. Manusia
dan hewan vertebrata lainnya memiliki darah yang mengandung sel darah merah
sedangkan serangga dan invertebrata lainnya memiliki hemolymph, yaitu
cairan heterogen yang membasahi semua jaringan internal tubuh mereka.
Sistem saraf dinamakan sistem saraf tangga tali karena terdiri atas dua
ganglion dorsal yang memiliki dua saraf tepi. Setiap saraf trepi dihubungkan
oleh saraf melintang sehingga merupakan tangga tali. Ketika lalat kawin, jantan
awalnya terbang di atas perempuan, menghadap ke arah yang sama, tapi kemudian
berbalik untuk menghadapi dalam arah yang berlawanan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1992. Pedoman
Tehnis Pengendalian Lalat. Jakarta : PPM dan PLP, Depkes RI.
Kartikasari.
2008. Dampak
Vektor Lalat Terhadap Kesehatan. Sumatera : USU.
Nuraini, Devi. 2001. Manajemen
Pengendalian Lalat. Sumatera
: USU.
Sitanggang,
Totianto. 2001. Lalat Sebagai Vektor
Mekanik. Bogor : IPB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar