METODOLOGI
STUDI ISLAM
“METODE
MEMAHAMI ISLAM”
![](file:///C:\Users\Dothy\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
1. DONNA DOROTHY VIVIANA (151125058)
2. RINA DARA UTAMI (151125077)
3. ANNA ARYANA (151135108)
JURUSAN
PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2014
KATA
PENGANTAR
Alhamulilah kami panjatkan kehadirat
Allah swt karna limpahan rahmat dan karuniaNYA kami dari kelompok IV bisa
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yg telah di tentukan.
Tidak lupa pula salawat beriring
salam kami ucapkan pada junjungan besar nabi Muhammad saw yang telah merubah
akhlak seluruh umat muslim di dunia. Makalah kami ini membahas tentang metode
memahami islam.
Kami menyadari bahwa dalam makalah
ini masih banyak terdapat kekurangan yang memerlukan kritik dan saran bagi
pembaca makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.
Mataram, April 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
COVER .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR
........................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
.....................................................................
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan masalah .................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
........................................................................
A.
pengertian metodologi ................................................................. 3
B.
kegunaan metode pemahaman ajaran Islam .................................. 3
C.
metode memahami ajaran agama Islam ......................................... 6
D.
metode studi-studi Ilmu ke-islaman .............................................. 8
E.
metode pemahaman ajaran Islam di Indonesia .............................. 9
BAB III PENUTUP...................................................................................
A. Kesimpulan .............................................................................. 12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fenomena
pemahaman ke-Islaman umat Islam masih ditandai keadaan yang variatif. Islam
memepunyai banyak dimensi, yaitu mulai dari keimanan, akal, ekonomi, politik,
iptek, lingkungan, perdamaian sampai kehidupan rumah tangga. Dalam memahami
berbagai dimensi ajaran Islam tersebut memerlukan berbagai pendekatan yang
dikaji dari berbagai ilmu. Ilmu yang benar menunjukkan jalan keimanan dan
keimanan yang benar menuju ajaran Islam yang benar. Apabila pendekatan
keislaman kurang komprehensif, terjadi persepsi yang tidak utuh, sehingga
terjdi kondisi variatif.
Metode digunakan
untuk menghasilkan pemahaman Islam yang komprehensif dan uthuh, guna memandu
umat Islam dalam menghadapi dan menjawab permasalahan ajaran keislaman yang variatif.
Menururt Bambang Sugiarto, tantangann yang dihadapi agama Islam sekarang ini
sekurang-kurangnya ada tiga, pertama, dalam menghadapi persoalan kontemporer
ditandai disorientasi nilai dan degradasi moralitas, agama ditantang untuk
tampil sebagai suara moral yang autentik. Kedua, agama harus menghadapi
kecenderungan pluralisme, mengolah dalam kerangka teologi baru dan
mewujudkannya dalam aksi-aksi kerjasama plural. Ketiga, agama tampil sebagai
pelopor perlawanan terhadap segala bentuk penindasan dan ketidakadialan.
B. Rumusan
Masalah
a. Apa pengertian metodologi?
b. Apa kegunaan
metode pemahaman ajaran Islam?
c. Bagaimana metode memahami ajaran agama Islam?
d. Apa
saja metode studi-studi Ilmu ke-islaman?
e. Bagaimana metode pemahaman ajaran Islam di
Indonesia?
C. Tujuan
a. Untuk pengertian metodologi
b. Untuk
mengetahui kegunaan metode pemahaman ajaran Islam
c. Untuk mengetahui bagaimana metode memahami ajaran
agama Islam
d. Untuk
mengetahui metode studi-studi Ilmu ke-islaman
e. Untuk mengetahui metode pemahaman ajaran Islam di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Menurut bahasa
(etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos
(jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau lanhkah-langkah yang
di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode
berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Metode juga disebut
pengajaran atau penelitian.
Menurut istilah
(terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian, penjelasan, dan
penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan keilmuan. Hugo F.
Reading mengatakan bahwa metode adalah kelogisan penelitan ilmiah, sistem
tentang prosedur dan teknik riset.
Metode adalah
suatu ilmu yang memberi pengajaran tentang sistem dan langkah yang harus
ditempuh dalam mencapai suatu penyelidikan keilmuan. Dalam berbagai penelitian
ilmiah, langkah-langkah pasti harus ditempuh agar kelogisan penelitian ilmiah
benar-benar nyata dan dapat dipercaya semua masyarakat. Metode juga dapat
diartikan sebagai cabang logika yang merumuskan dan menganalisis
prinsip-prinsip yang tercakup dalam menarik kesimpulan logis untuk membuat
konsep.[1]
B. Kegunaan
Metode Pemahaman ajaran Islam
Sejak kedatangan
Islam pada abad ke-13 M hingga saat ini, fenomena amat variatif . Kondisi ini
terjadi diberbagai negara termasuk Indonesia. Walau keadaan amat variatif ,
namun tidak keluar dari yang terkandung dalam alqur’an dan sunnah serta sejalan
dengan data-data historis yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pada tahap
berikutnya, yang menjadi primadona masyarakat Islam adalah ilmu teologi (kalam)
sehingga setiap masalah yang dihadapi selalu dilihat dari paradigma teologi.
Lebih dari itu tologi yang dipelajarinya hanya berpuast pada paham Asy’ari dan
Sunni. Paham lain dianggap sesat, akibatnya tidak terjadi dialog, keterbukaan,
dan saling mengahargai.
Pada tahap
selanjutnya, muncul paham keIslaman bercorak tasawuf yang mengambil bentuk
tarikat terkesan kurang menampilkan pola hidup yang seimbang antara urusan
dunia dan urusan ukhrawi. Dalam tasawuf kehidupan dunia terkesan diabaikan.
Umat terlalu mementingkan akhirat, urusan dunia menjadi terbengkalai. Akibatnya
keadaan umat mundur dalam bidang keduniaan, materi dan fasilitas.
Dari contoh
pemahaman keIslaman di atas diperoleh kesan bahwa hingga saat ini pemahaman
Islam yang terjadi di masyarakat masih bercorak parsial, belum utuh dan belum
komprehensif. Sekalipun dijumpai adanya pemahaman Islam yang sudah utuh baru
diserap sebagian sarjana yang membaca karya modern dengan sikap terbuka.
Proses
pengajaran Islam hingga saat ini belumtersusun secara sistematis dan belum
disampaikan menurut prinsip , pendekatan dan metode yang direncanakan dengan
baik. Namun untuk kepentingan akademis,membuat slam lebih responsif dan
fungsional dalam memandu perjalanan umat Islam diperlukan metode yang dapat
menghasilkan pemahaman Islam yang utuh dan komprehensif.
Pada abad
pertengahan, Eropa dalam keadaan stagnasi dan masa bodoh dalam waktu seribu
tahun. Tetapi stagnasi dan masabodoh tersebut kemudian menjadi kebangkitan
revolusioneryang multifaset dalam bidang sains, seni, dan kehidupan sosial.
Revolusi yang mendadak dalam pemikiran manusia ini menghasilkan peradaban
kebudayaan. Kita harus bertanya kepada diri kita mengapa orang mandeg sampai
seribu tahun, dan apa yang terjadi pada dirinya yang menyebabkan perubahan
mendadak, ia bangkit dan bangun, sehingga dalam waktu 300 tahun Eropa menemukan
kebenaran-kebenaran yang tidak mereka peroleh dalam seluruh waktu seribu tahun.
Ali syari’ati
(1933-1977), seorang sarjana Iran yang meninggal di rantau yaitu di Inggris
menyatakan bahwa faktor utama yang menyebabkan kemandegan dan stagnasi dalam
pemikiran , perdaban dan kebudayaan yang berlangsung hingga seribu tahun di
Eropa pada abad pertengahan adalah metode pemikiran analogi dari Aristoteles.
Di kala cara melihat masalah objek itu berubah, dan sebagai akibatnyakehidupan
manusia juga berubah. Dengan demikian kita dapat mengetahui dan memahami
tentang pentingnya metodologi sebagi faktor fundamental dalam renaisans.[2]
Begitu
pentingnya peranan metode pemahaman ajaran Islam dalam kemajuan dan kemunduran
pertumbuhan ilmu. Mukti ali mengatakan bahwa yang menentukan dan membawa
stagnasi adalah metode yang digunakan. Sebagai contoh pada abad ke 14-16 M,
Aritoteles lebih jenius bila Francis Bacon. Namun mengapa justru bacon menjadi
orang yang kejeniusannya lebih rendah dibanding dengan Aristoteles. Ali Mukti
menjawab bahwa karena orang yang yang biasa-biasa saja seperti Bacon dapat
menemukan metode berpikir yang benar dan utuh.
Hal demikian
tidak untuk merendahkan orang-orang jenius. Akan tetapi, kejeniusan saja tidak
cukup , namun harus dilengkapi dengan ketepatan dalam memilih metode yang
digunakan untuk kerjanya dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada dasarnya metode
digunakan untuk mencapai tujuan dalam mencari kebenaran ilmu dan menggali
kebenaran ilmu pengetahuan.
C. Metode
Memahami Islam
Mempelajari maupun memahami islam banyak
sekali metode yang digunakan. Disini akan dibahas beberapa metode dalam
memahami islam diantaranya:
1. Metode
Diakronis
Suatu metode mempelajari Islam yang
menonjolkan aspek sejarah. Metode ini memberi kemungkinan adanya studi
komparasi tentang berbagai penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam
Islam.
Metode ini juga menghendaki adanya
pengetahuan ,pemahaman dan penguraian ajaran – ajaran Islam dari sumber
dasarnya, yakni Al-qur`an dan As-Sunnah serta latar belakang masyarakat,
sejarah, budaya disamping sirah Nabi SAW dengan segala akal dan pikirannya.[3]
2. Metode
Sinkronik – Analitis
Suatu metode mempelajari Islam yang
memberikan kemampuan analisis teoritis yang sangat berguna bagi perkembangan
keimanan dan mental intelek umat Islam. Metode ini semata – mata mengutamakan
segi aplikatif praktis, tetapi juga mengutamakan telaah teoritik.
Metode diakronis dan metode sinkronik –
analitik menggunakan asumsi dasar sebagai berikut :
a. Islam
adalah agama wahyu Ilahi yang berlainan dengan kebudayaan sebagai hasil daya
cipta dan rasa manusia (Q.S. Al-Najm : 3-4).
b. Islam
adalah agama yang sempurna dan di atas segala – galanya (Q.S. Al-Maidah :3).
c. Islam
merupakan supra sistem yang mempunyai beberapa sistem dan sub sistem serta
komponen dengan bagian – bagiannya dan secara keseluruhan merupakan struktur
yang unik (Q.S. Fushilat :37).
d. Wajib
bagi umat Islam untuk mengajak pad yang ma`ruf dan nahi munkar (Q.S. Ali Imran
:104).
e. Wajib
bagi umat Islam untuk mengajak orang lain kejalan Allah SWT (Q.S. An- Nahl :
125)
f. Wajib
bagi umat Islam untuk menyampaikan risalah Islam menurut kemampuannya .
g. Wajib
bagi sebagian umat Islam untuk memperdalam ajaran agama Islam (Q.S. Al-Taubah :
122).
3. Metode
Problem solving (hallu al-musykilat)
Metode mempelajari Islam yang mengajak
pemeluknya untuk berlatih menghadapi berbagai masalah dari suatu cabang ilmu pengetahuan
dengan solusinya.
4. Metode
Emperis (Tajribiyah)
Suatu metode mempelajari Islam yang
memungkinkan Umat Islam mempelajari ajarannya melalui proses aktualisasi dan
internalisasi norma – norma dan kaidah Islam dengan suatu proses aplikasi yang
menimbulkan suatu interaksi sosial, kemudian secara deskriptif proses interaksi
dapat dirumuskan dalam suatu sistem norma baru.
Metode problem solving dan metode
empiris menggunakan asumsi dasar sebagai berikut :
a. Norma
(ketentuan ) kebajikan dan kemungkaran selalu ada dan diterangkan dalam Islam
(Q.S. Ali Imran : 104)
b. Ajaran
Islam merupakan jalan untuk menuju ridla Allah SWT (Q.S. Al-Fath : 29).
c. Ajaran
Islam merupakan risalah atau pedoman hidup di dunia dan akhirat (Q.S. Al-Syura
: 13).
d. Ajaran
Islam sebagai sumber ilmu pengetahuan (Q.S. Al-Baqarah :120 dan Al-Taubah :122)
5. Metode
Deduktif ( Al-Manhaj Al Istinbathiyah )
Suatu metode mamahami Islam dengan cara
menyusun kaidah – kaidah secara logis dan filosofis dan selanjutnya kaidah
tersebut diaplikasikan untuk menentukan masalah – masalah yang dihadapi.
Metode ini dipakai untuk sarana
meng-istimbatkan hukum syara` dan kaidah itu bener – bener bersifat penentu
dalam masalah furu’ tanpa menghiraukan sesuai tidaknya dengan madzhabnya.
Metode ini dikenal dengan metode mutakallimin atau metode syafi`iyah.
6. Metode
Induktif (al – Manhaj al-Istiqraiyah)
Suatu metode memahami Islam dengan cara
menyusun kaidah – kaidah hukum untuk diterapkan kepada masalah – masalah furu`
yang disesuaikan dengan madzhabnya terlebih dahulu.
Metode pengkajiannya dimulai dari
masalah – masalah khusus , lalu dianalisis, kemudian disusun kaidah hukum
dengan catatan setelah terlebih dahulu disesuaikan dengan madzhabnya.[4]
D. Metode
Studi Ilmu Keislaman
Studi islam,
yaitu ajaran-ajaran yang berhubungan dengan islam. Studi islam sangat berperan
dan berfungsi dalam masyarakat. Studi islam bertujuan untuk mengubah pemahaman
dan penghayatan keislaman masyarakat inter dan antar agama. Adapun perubahan
yang diharapkan adalah formalisme kepahaman menjadi substantive keagamaan dan
sikap enklusivisme menjadi sikap universalisme.[5]
Metode studi
ilmu keislaman diharapkan dapat melahirkan suatu komunitas yang mampu melakukan
perbaikan intern dan ekstern. Secara intern, komunitas itu diharapkan dapat
mempertemukan dan mencari jalan keluar dari konflik intra agama islam. Secara
ekstern, studi islam diharapkan dapat melahirkan suatu masyarakat yang siap
hidup toleran dalam pluralitas agama. Pada segi normative, studi islam bersifat
memihak, romantis, apologis, dan, subjektif. Jika dilihat dari segi histori,
islam tampak sebagai disiplin ilmu.
Perbedaan dalam
melihat islam yang demikian itu dapat menimbulkan perbedaan dalam menjelaskan
islam itu sendiri. Jika islam dilihat dari sudut normative, islam merupakan
agama yang di dalamnya berisi ajaran Tuhan yang berkaitan dengan urusan akidah
dan muamalah. Sedangkan ketika dilihat dari sudut histori atau
sebagaimana yang tampak dalam masyarakat, islam lebih tampil sebagai sebuah
disiplin ilmu (Islamic Studies).[6]
Selanjutnya, ada
pula yang disebut Sains Islam. Menurut Hussein Nasr, sains islam adalah
sains yang dikembangkan oleh kaum muslimin sejak abad islam kedua, yang
keadaannya sudah tentu merupakan salah satu pencapaian besar dalam peradaban
Islam. Sains Islam mencakup berbagai pengetahuan modern seperti kedokteran,
astronomi, matematika, fisika, dan sebagainya yang dibangun di atas arahan
nilai-nilai Islami.
Dari ketiga
kategori ilmu keislaman tersebut, maka muncullah apa yang dikenal dengan MI,
MTs, MA, dan Institut Agama Islam yang di dalamnya diajarkan studi islam yang
meliputi Tafsir, Hadits, Teologi, Filsafat, Tasawuf, Hukum Islam, Sejarah
Kebudayaan Islam, dan Pendidikan Islam. Kemudian muncul pula Universitas Islam
yang di dalamnya diajarkan berbagai ilmu pengetahuan modern yang bernuansa
Islam (Sains Islam).[7]
E. Metode
pemahaman ajaran Islam di Indonesia
Masyarakat
indonesia yang pluralistik dalam bidang agamanya sangat menunggu-nunggu hasil
kajian-kajian keilmuan dan penelitian-penelitian dalam bidang agama serta pemikiran-pemikiran
keagamaan yang bersifat positif-konstruktif untuk menopang keterlibtan bersama
seluruh pengikut agama-agama di tanah air dalam membina dan memupuk Kerukunan
hidup antar umat beragama.
Seiring dengan
pemekaran wilayah pemahaman dan penghayatan keagaman, yang diantara lain
disebabkan oleh transparanya sekat-sekat budaya sebagai akibat luapan arus
informasi dalam era IPTEK, masyarakat Indonesia pada khususnya dan masyarakat
dunia pada umumnya, membutuhkan masukan-masukan dari kajian-kajian keagamaan
yang segar yang tidak lagi selalu bersifat “teologis-normatif”, tetapi juga
menginginkan masukan-masukan dari kajian keaagamaan yang bersifat
historis-kritis.
Posisi mayoritas
umat Islam di Negara kesatuan Republik Indonesia, dalam hubungannya dengan
persoalan pluralitas agama, memang sangat unik. Pengalaman umat Islam Indonesia
secara kolektif dalam hubungannya dengan penghayatan pluralitas agama ini juga
tidak dapat dihayati oleh umt Islam Turki dengan menganut paham kenegaraan
sekuler. [8]
Predikat
“sekuler” disini memang tidak mempunnyai konotasi dengan pluralitas agama
seperti yang dihayati oleh umat Islalm Indonesia. Dengan memperhatikan kondisi
obyektif masyarakat Indonesia yang begitu majemuk keberagamaannya serta politik
di luar negeri, studi agama di Indonesia terasa sangat urgen dann mendesak
untuk dikembangkan.
Kerukunan umat
beragama yang selama ini berjalan dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia
memang sudah menjadi telaah, bahkan kekaguman, bagi para pengamat luar negeri.
Kerukunan umat beragama di Indonesia telah berjalan wajar meskipun belum
dilandasi dengan studi agama yang bersifat akademik-kritis.
Di Indonesia
kerukunan umat beragama tidak boleh dilepaskan dari peran pemerintah
menciptakan situasi yang kondusif untuk kerukunan hidup beragama-bandingkan
dengan program pemerintah. Departemen agama, untuk menggalang dan membina tiga
kerukunan: “kerukunan umat beragama dengan pemerintah, kerukunan antar umat
beragama, dan kerukunan antar intern umat beragam”.[9]
Dalam
keberagamaan umat islam Indonesia ajaran-ajaran sedikit banyak telah kehilangan
nilai kearabannya. Dengan demikian, menjadikan wajah islam Indonesia
berbedadengan wajah islam di dunia manapun. Selain karena faktor kelonggaran
atau keterbukaan, beberapa faktor lain juga turut mendukung tersebarnya islam
secara luas dikalangan masyarakat di Indonesia. Menurut sejarawan, Tasawuf
merupakan faktor paling dominan dalam keberhasilan penyebaran islam di
Indonesia.[10]
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode adalah
ilmu yang memberi pengajaran tentang sistem dan langkah yang harus ditempuh
dalam mencapai suatu penyelidikan keilmuan. Dengan metode yang tepat
mempermudah tujuan pencapaian kelogisan penelitian dan kebenarannya. Ada dua
metode dalam memahami Islam yaitu metode komparasi dan metode sintesis (metode
memahami Islam dengan memadukan metode ilmiah dengan metode teologis normatif).
Dalam memahami
Islam secara komperehensif dengan berpedomen kepada semangat dan isi ajaran
al-qur’an yang diketahui banyak aspek. Berbagai metode dapat dipakai untuk
memahami ajaran islam. Membandingkan Allah dengan sesembahan non muslim,
membandingkan dengan kitab-kitab lain, membandingkan kepribadian Rasul SAW
dengan tokoh-tokoh agama lain.
[1]
Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer,
(Jakarta: Amzah, 2006), Hlm. 147
[2]
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm.
152-153
[3] Ali Anwar Yusuf,
Studi Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bandung : CV
Pustaka Setia, 2003) hlm 76
[4]
Muhaimin, Dimensi – Dimensi Studi Islam,(Surabaya: Karya Abditama,1994),
hlm.28
[5]
Nasution, M.A, Pengantar studi islam, ( Yogyakarta: Tazzafa, 2009), hlm. 197
[7]
Muhyar Fanani, Metode Studi Islam
(Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR, 2008), hlm. 98
[8]
Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung : Rosda,
2005) hlm 65
[9]
Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas
atau Historisitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996) ,hlm. 4-6
[10]
Ajid
Tohir, Studi Kawasan Dunia Islam, ( Jakarta: Rajawali Pers,2009), hlm.
399
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin.
1996. Studi Agama Normativitas atau Historisitas. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Abdullah, Yatimin. 2006. Studi Islam Kontemporer.
Jakarta : Amzah.
Ahmad.
2005. Ilmu Pendidikan Dalam
Perspektif Islam. Bandung : Rosda.
Ali Anwar Yusuf. 2003. Studi Agama
Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, Bandung : CV Pustaka Setia.
Muhaimin.
1994. Dimensi – Dimensi Studi Islam. Surabaya: Karya Abditama.
Fanani,
Muhyar. 2008. Metode Studi Islam.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Mukti, Ali.
1991. Metode Memahami Islam.
Jakarta: Bulan Bintang.
Nasution. 2009. Pengantar studi islam.
Yogyakarta: Tazzafa.
Nata, Abuddin. 2009. Metodologi Studi Islam. Jakarta:
Rajawali.
Tohir, Ajid. 2009. Studi Kawasan Dunia Isla. Jakarta:
Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar